Skip to main content

Karton Box, a.k.a. Kardus


Siapa yang tak kenal dengan karton box atau yang juga biasa disebut kardus ini. Saat dia ada kita suka membuangnya karena menuh-menuhin tempat aja. Tapi saat kita lagi butuh, kadang-kadang harus minta ke tetangga atau kalau perlu beli malah. Dia ada dimana-mana. Bahkan beberapa modern market shop menyediakan kardus bekas untuk menggantikan plastik supaya lebih “environmental friendly”.Tapi apakah kita sudah mengenal karton box itu seperti apa?..
Pada prinsipnya untuk mengidentifikasi apakah itu karton box atau bukan, bisa dilihat dari struktur lapisan kertasnya. Yaitu terdiri dari 3 lapisan. Lapisan dinding kertas bagian dalam, dinding kertas bagian luar dan “flute” atau kertas bergelombang untuk bagian tengahnya. Didalam aplikasi nya  lapisan  ini bisa lebih dari 3, tergantung fungsi dan tujuannya.
Pada saat ini karton box boleh dikatakan sudah environmental friendly, karena sebagian sudah menggunakan pulp dari kardus bekas yang di daur ulang. Makanya kalau kita melewati pabrik pembuatan kardus, suka banyak truk-truk ngantri membawa kardus bekas ke pabrik tersebut.
Salah satu parameter yang suka dijadikan acuan oleh perusahaan karton box adalah mengenai “flute” tersebut. Ada A flute sampai F flute. Tapi yang umum katanya C flute yang merupakan perpaduan antara type A dan B flute

Kenapa flute ini penting, karena akan menentukan kekuatan kardus tersebut. Udara kosong yang ada diantara flute tersebut berfungsi untuk meredam benturan. Sedangkan struktur gelombang kertasnya membuat kardus menjadi lebih kokoh. Jadi bisa dikatakan kekuatan flute ini tergantung dari ukurannya. Semakin besar flute nya, semakin kuat karton boxnya. Hanya saja ukuran flute ini kalau diukur secara teliti antara pabrikan satu dengan yang lain bisa berbeda.
Terakhir saya membaca artikel mengenai karton box, ke depannya bisa saja acuan kekuatan dan daya tahan kardus bukan dari “flute” itu. Karena dengan kecanggihan teknologi sekarang, bisa saja dibuat kardus yang rigid dengan improvement pada kekuatan lem, atau lapisan kertasnya. Sehingga tidak menutup kemungkinan C flute yang awalnya dianggap lebih lembut ternyata kekakuannya bisa sama dengan yang B flute. Seperti halnya di flexible packaging, pengalaman saya penggunaan adhesive yang solventfree cenderung memberikan efek lebih kaku dibandingkan penggunaan adhesive dengan solvent base.
Yang jelas, kedepannya para pembuat kertas karton box akan semakin banyak menggunakan kardus bekas yang mungkin sekarang baru 40%, tidak menutup kemungkinan jadi 70% and so on.  Oleh karena itu, para pemulung yang suka mengambil kardus bekas dari tempat sampah kita sebenarnya memiliki peranan penting untuk kesinambungan recycling process karton box itu sendiri. Go Pemulungg…..Go..  J

Comments

Popular posts from this blog

Adhesive Anchor Coating untuk Laminasi Extrusi

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang penggunaan adhesive water-based di dry-lamination system. Sekarang saya ingin menyampaikan tentang penggunaan water-based di extrusion-lamination system. Sebenarnya tidak terlalu pas juga dibilang water-based karena pengunaan air sebagai pelarut hanya sedikit, paling banyak pelarut yang digunakan adalah Ethanol/Methanol/IPA. Di dunia coverting flexible packaging, penggunaan adhesive pada laminasi extrusi biasa digunakan pada resin PE. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kekuatan bonding(daya rekat) antara film. Makanya suka disebut juga sebagai adhesive anchor coating, berfungsi layaknya “jangkar” yang memperkuat rekatan film. Di Indonesia umumnya jenis adhesive yang digunakan adalah solvent based, yang water based masih sedikit. Beberapa perusahaan yang saya kunjungi sudah menggunakan water-based tetapi jenis yang digunakan adalah “polyethylene imine”, dan jenis ini tidak terlalu bagus menghadapi kelembapan. Produk yang coba saya taw...

Botol Aqua dengan QR Code

Beberapa waktu lalu ketika mampir ke salah satu toko hyper market, saya melihat botol air mineral merk Aqua kemasan 600ml dengan desain grafis yang lain dari biasanya. Setelah melihat lebih dekat, disitu tertulis  “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia. “Ooo..edisi khusus untuk perayaan 40 tahun Aqua ternyata..” kata saya dalam hati. Desain grafisnya dirancang oleh Renata Owen  (ada tertulis di desain label). Dari hasil rancangan Renata ini sepertinya ingin memunculkan kekayaan budaya Indonesia dengan menampilkan gambar wayang, orang membatik, dan motif-motif daerah lainnya. Yang membuat saya tertarik terhadap botol dengan desain baru ini adalah dengan dimunculkannya QR Code atau  Quick Response Code. Kode ini bekerja seperti barcode, hanya saja QR code lebih memiliki banyak fitur dan kapasitas penyimpanan kode yang lebih besar daripada barcode. Kode ini terdiri dari dot  berbentuk kotak dan berwarna hitam yang ditata dalam grid dengan dasar warna putih. ...

Durian… baunya yang menembus batas… (part 2)

Kembali lagi ke masalah durian.. Di dunia packaging ada istilah O2TR yang secara sederhana bisa dijelaskan bahwa O2TR itu adalah lamanya proses migrasi oksigen yang diukur dalam satuan cm3/m2, atm 24 jam. Untuk lebih detilnya mungkin akan dibahas ditulisan berikutnya. Nah berkaitan dengan durian tadi, salah satu faktor kenapa durian setelah dimasukkan kedalam wadah plastik tersebut masih bisa tembus keluar aromanya, dikarenakan material plastik tersebut memiliki nilai O2TR yang cukup tinggi dan pada umumnya wadah plastic tersebut struktur plastiknya adalah berbahan dasar keluarga PE. Oleh karena itu, untuk menahan aroma durian tersebut maka kita harus  mencari plastik yang memiliki "barrier properties" oxygen yang cukup baik. Material plastik tersebut salah satunya bisa PET atau Nylon. Dimana kita bisa menemukan material ini ? Kalau masih berbentuk single layer memang agak susah karena tidak dijual umum. Banyak digunakan  oleh perusahaan flexible packaging untuk membuat kemas...