Skip to main content

RFID…the next big thing…Part 1


Beberapa bulan yang lalu dunia diramaikan dengan launchingnya produk baru nokia dengan brand Lumia. Selain mengandalkan windows phone 8 sebagai sistem operasinya tetapi juga menawarkan fitur baru yang cukup menarik, yaitu NFC, a.k.a. “Near Field Communication”. Dengan fungsi NFC ini, handphone bisa di-charge tanpa menggunakan kabel, cukup dengan menggunakan gelombang radio. Meskipun baru bisa dilakukan dengan jarak dekat, tapi sudah menimbulkan rasa penasaran para gadget fans. Sayang..harganya terlalu mahal…

Trus..apa hubungannya dengan RFID? Sebelum saya mencoba menghubungkannya, saya jelaskan dulu apa yang dimaksud dengan RFID. Pelan-pelan nanti akan kelihatan benang merahnya..

RFID kepanjangannya adalah Radio Frequency Identification. Dari situ saja sudah bisa kita lihat ada kata “Radio”, artinya RFID menggunakan gelombang radio sebagai media agar device nya bisa berfungsi..Tidak jauh beda dengan NFC kan..benang merahnya sudah kelihatan, tapi masih samar-samar..

Saya mulai berkenalan dengan kata “RFID” ketika terjun ke dunia sticker atau ada yang menyebutnya self adhesive label atau ada juga bilang ps label, intinya adalah label yang ada lemnya.  Lebih kurang 4 tahun yang lalu, saat itu salah satu supplier bahan sticker melakukan presentasi memperkenalkan portofolio produk mereka dan salah satu diantaranya adalah RFID. Kalau dianalogikan, RFID ini seperti GPS tracking. Bedanya kalau GPS tracking menggunakan transmitter device, satelit sebagai perantara dan GPS reader, sedangkan RFID ini cukup menggunakan transmitter device dan radio device reader. Gak perlu jauh-jauh sampai ke satelit sana, tentu saja efeknya range jangkaunya menjadi sangat terbatas.

Satu hal yang pada saat itu tidak saya pahami adalah bagaimana mungkin sebuah RFID transmitter bisa dibuat kedalam sticker dan dengan biaya yang murah. Pemahaman saya yang namanya alat untuk memancarkan gelombang radio pasti akan memakan tempat dan biayanya mahal karena disitu ada komponen battery, circuit dan antena. Padahal katanya RFID ini bisa dibuat dalam bentuk sticker sampai ukuran yang sangat kecil dengan ukuran kurang lebih 4cm x 4cm dan ketebalan sticker antara 60 s/d 90 micron. Trus battery dan antenannya akan ditaruh dimana??...Bingung gak tuhh..

Cukup lama memang saya meng ”ignore” rasa penasaran itu sampai akhirnya saya ketahui bahwa bentuk-bentuk RFID itu ternyata ada 3 macam. 1. Berbentuk active, 2. Berbentuk semi-active,dan 3. Berbentuk passive. Setelah membaca penjelasan yang berbentuk passive, barulah semuanya menjadi jelas.

Jadi.. kalau RFID yang berbentuk passive ini, transmitternya tidak harus ada sumber daya listrik bersama alat itu dengan kata lain tidak perlu ditaruh battery disitu. Karena transmitter itu nanti akan memanfaatkan gelombang radio yang dipancarkan oleh reader device dan gelombang radio itu dirubah menjadi arus listrik yang memang sangat kecil tetapi cukup untuk menggerakkan transmitter tadi memancarkan code yang sudah ditanam di sticker tersebut….Canggih bukan…!!  So..dengan tiadanya battery maka layout circuit RFID bisa diaplikasikan ke sticker yang medianya kecil seperti sticker. Baru deh masuk akal sekarang..

Inilah yang saya maksudkan dengan “The Next Big Thing…Kenapa? Karena dengan teknologi wireless charing seperti itu maka saya tidak akan heran kalau ada orang yang meyakini pendapat bahwa “in the future” manusia akan diberi coding/barcoding ditubuhnya dan dimonitor keberadaannya real time !!..Seperti sudah kayak film science fiction saja bukan...

Tapi saya tidak akan membahas “human chipping” tersebut lebih jauh, silahkan ketik di om Google saja..Kayaknya sudah banyak yang membahas hal itu, antara pro dan kontra. Saya hanya akan membahas dari sisi packagingnya, apa benefit yang bisa diperoleh dari RFID ini dan apa kelemahannya (next blog part 2). Silahkan dicerna pelan-pelan artikel ini biar mengerti konsepnya…karena ini akan menjadi salah satu trend setter teknologi di dunia ….to be continued

Comments

Popular posts from this blog

Adhesive Anchor Coating untuk Laminasi Extrusi

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang penggunaan adhesive water-based di dry-lamination system. Sekarang saya ingin menyampaikan tentang penggunaan water-based di extrusion-lamination system. Sebenarnya tidak terlalu pas juga dibilang water-based karena pengunaan air sebagai pelarut hanya sedikit, paling banyak pelarut yang digunakan adalah Ethanol/Methanol/IPA. Di dunia coverting flexible packaging, penggunaan adhesive pada laminasi extrusi biasa digunakan pada resin PE. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kekuatan bonding(daya rekat) antara film. Makanya suka disebut juga sebagai adhesive anchor coating, berfungsi layaknya “jangkar” yang memperkuat rekatan film. Di Indonesia umumnya jenis adhesive yang digunakan adalah solvent based, yang water based masih sedikit. Beberapa perusahaan yang saya kunjungi sudah menggunakan water-based tetapi jenis yang digunakan adalah “polyethylene imine”, dan jenis ini tidak terlalu bagus menghadapi kelembapan. Produk yang coba saya taw...

Botol Aqua dengan QR Code

Beberapa waktu lalu ketika mampir ke salah satu toko hyper market, saya melihat botol air mineral merk Aqua kemasan 600ml dengan desain grafis yang lain dari biasanya. Setelah melihat lebih dekat, disitu tertulis  “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia. “Ooo..edisi khusus untuk perayaan 40 tahun Aqua ternyata..” kata saya dalam hati. Desain grafisnya dirancang oleh Renata Owen  (ada tertulis di desain label). Dari hasil rancangan Renata ini sepertinya ingin memunculkan kekayaan budaya Indonesia dengan menampilkan gambar wayang, orang membatik, dan motif-motif daerah lainnya. Yang membuat saya tertarik terhadap botol dengan desain baru ini adalah dengan dimunculkannya QR Code atau  Quick Response Code. Kode ini bekerja seperti barcode, hanya saja QR code lebih memiliki banyak fitur dan kapasitas penyimpanan kode yang lebih besar daripada barcode. Kode ini terdiri dari dot  berbentuk kotak dan berwarna hitam yang ditata dalam grid dengan dasar warna putih. ...

Durian… baunya yang menembus batas… (part 2)

Kembali lagi ke masalah durian.. Di dunia packaging ada istilah O2TR yang secara sederhana bisa dijelaskan bahwa O2TR itu adalah lamanya proses migrasi oksigen yang diukur dalam satuan cm3/m2, atm 24 jam. Untuk lebih detilnya mungkin akan dibahas ditulisan berikutnya. Nah berkaitan dengan durian tadi, salah satu faktor kenapa durian setelah dimasukkan kedalam wadah plastik tersebut masih bisa tembus keluar aromanya, dikarenakan material plastik tersebut memiliki nilai O2TR yang cukup tinggi dan pada umumnya wadah plastic tersebut struktur plastiknya adalah berbahan dasar keluarga PE. Oleh karena itu, untuk menahan aroma durian tersebut maka kita harus  mencari plastik yang memiliki "barrier properties" oxygen yang cukup baik. Material plastik tersebut salah satunya bisa PET atau Nylon. Dimana kita bisa menemukan material ini ? Kalau masih berbentuk single layer memang agak susah karena tidak dijual umum. Banyak digunakan  oleh perusahaan flexible packaging untuk membuat kemas...