Bagi yang pernah ke Sumatra Barat, saya yakin semuanya sudah familiar dengan oleh-oleh yang namanya Kripik Balado. Oleh-oleh yang satu ini seperti sesuatu yang wajib untuk dibawa pulang. Rasanya belum afdol meninggalkan daerah “minang kabau” kalau belum membawa kripik balado tersebut. Adapun merk yang umumnya cukup dikenal adalah Christine Hakim, Shirley, dan Mahkota.
Kenapa saya tertarik untuk mengupas kripik balado ini, karena ada satu merek yang setelah sekian lama berproduksi dengan skalau ukm dan area pemasaran yang sangat terbatas, akhirnya berhasil juga mengembangkan sayapnya dan masuk ke gerai retail modern. Produk kripik balado ini bernama Mahkota dan saya sempat pernah melihat produk ini dipajang di carrefour.
Nah kebetulan dulu saya adalah sales kemasan yang memegang account kripik balado ini dengan customer atas nama Pak Yusral, the owner. Saya masih ingat dulu ketika setiap kali berkunjung ke Padang, Pak Yusral tidak lupa membekali saya oleh-oleh khas Sumatra barat untuk dibawa pulang. Dulu kripik balado ini kemasannya hanya kantong flexible packaging berbentuk center seal, tapi waktu mudik kemarin saya sempat mampir ke tokonya ternyata sekarang sudah berkembang lagi dengan kemasan berbentuk stand up pouch!!...
Saya yakin banyak suka duka yang telah dilewati untuk mengembangkan bisnis kripik baladonya ini. Mulai dari kesulitan bahan baku sampai dengan masalah finansial untuk tetap menjaga usahanya tetap bertahan. Tetapi kita tidak akan membahas hal itu. Yang akan kita bahas adalah mengenai kemasannya…
So..berhasilnya kripik mahkota menembus gerai retail modern selain ditunjang dari adanya pendanaan dari pihak lain tetapi juga ditunjang oleh kemasan produknya yang baik. Perlu diketahui kemasan kripik balado ini menggunakan struktur multilayer OPP/CPP. Pemilihan struktur kemasan multilayer ini selain mempertimbangkan masalah fungsinya untuk menjaga supaya minyak kripik balado tidak migrasi keluar sehingga kemasan tetap terjaga kering ketika dipegang, tetapi juga dirancang dengan mempertimbangkan faktor biaya kemasan supaya tidak mahal. Meskipun komposisi warnanya tidak begitu banyak dan design nya sederhana tetapi tetap tidak menghilangkan fungsi kemasan sebagai “advertising on shelf”. Oh ya..satu lagi manfaat lainnya dari kemasan multilayer kripik ini yaitu kegaringannya tetap terjaga lebih lama dibandingkan kemasan kripik balado konvensional.
Jadi.. dari sini bisa dilihat bahwa Pak Yusral berani keluar dari pakem bungkusan kripik balado konvensional yang terbuat dari kantong plastik biasa dan kadang-kadang mesti dibungkus dengan dua kantong plastik untuk menghindari rembesan minyaknya dan diikat ujungnya dengan tali atau karet. Saya pernah mencoba menawarkan kemasan plastik multilayer seperti yang Mahkota punya kepada pengusaha kripik balado lainnya, tapi sang pemilik belum berani mencoba dikarenakan selain masalah harga yang mungkin agak sedikit mahal tetapi juga karena kekhawatiran produknya menjadi tidak laku karena perubahan bentuk kemasan tersebut.
Padahal sebenarnya biaya kemasan plastik yang sepertinya mahal tersebut apabila dilihat dari manfaatnya yang bisa membuat kripik balado lebih bertahan lama dibandingkan kemasan biasa, akan memberikan multiplier efek yang ujung-ujungnya nanti akan bisa menutupi extra cost yang sudah dikeluarkan untuk kemasan multilayer tersebut. Mesti diingat semakin pendek daur hidup sebuah produk maka semakin tinggi waste nya, dan ini adalah biaya. Belum lagi dengan hasil cetakan yang bagus sehingga membuat calon pembeli potensial penasaran untuk mencoba rasanya. Inilah yang namanya “Packaging that sells”.
Memang, masih ada kendala terbesar yang dihadapi oleh para produsesn di skalau ukm ini adalah mengenai minimal order yang sepertinya masih terlalu banyak buat mereka. Tapi hei..Pak Yusral ternyata bisa mengatasinya masalah MOQ itu…. Kalau dia bisa kenapa yang lain tidak…
Semoga melalui tulisan ini pengusaha-pengusaha kripik balado akan terbuka untuk merubah kemasan konvensionalnya sehingga kesuksesan kripik balado Mahkota ini akan bisa mereka raih juga.
Comments
Post a Comment