Tahu supermarket atau hyper market kan..? Saya yakin sebagian masyarakat sudah sangat awam dengan modern retail market ini…Apalagi bagi ibu-ibu yang hobbynya shopping..Gak bisa lihat discount sedikit pun..Begitu ada promo kemasan minyak goreng refill misalnya..buru-buru deh pulang kerja mampir ke hyper market tsb.
Nah.. kalau kita ke hyper market maka akan kita dapatkan di barisan produk-produk susu bubuk dengan kemasan yang berbeda. Kemasan pertama menggunakan sachet (gak banyak yang menggunakan kemasan ini), kemasan kaleng (jumlahnya agak banyak), kemasan dus dengan kemasan flexible didalamnya (jumlahnya yang paling banyak). Dari ketiga kemasan ini semuanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menggunakan material kemasan alufoil. Untuk yang sachet dan dus yag sama-sama menggunakan material aluminium masuk ke kategori flexible packaging karena tebal aluminiumnya sangat tipis. Adapun yang kaleng masuk kategori rigid packaging.
Yang jadi pertanyaan adalah kenapa mesti menggunakan alumunium? Kenapa tidak menggunakan kemasan fleksible yang tranparan seperti kemasan kripik atau kemasan gula gitu. Apa sih kelebihan ditawarkan oleh si aluminium ini?..Mari kita kupas perlahan-lahan..
Produk susu bubuk tidak seperti produk-produk makanan yang lainnya. Proses produksinya sangat steril, tidak hanya mulai dari pembuatan susunya tetapi juga sampai pada filling di kemasannya. Saya pernah masuk ke dalam salah satu pabrik pembuat susu dan itu sangat ketat dalam didalam mengontrol siapa yang masuk ke area produksi. Kenapa dilakukan seperti itu karena produk susu bubuk ini mengandung banyak vitamin, mineral atau zat gizi lainnya yang sangat sensitif dan dikawatirkan akan terkontaminasi oleh orang-orang atau proses yang tidak steril.
Apa kaitannya dengan kemasan aluminium tadi? Kaitannya adalah dengan nutrisi (baca vitamin) yang dikandung oleh susu bubuk tadi. Kalau kita mempelajari literature tentang vitamin maka akan kita dapatkan bahwa pada umumnya vitamin itu sangat tidak tahan terhadap panas dan cahaya. Artinya adalah vitamin yang terekspos cahaya baik itu lampu ataupun matahari kualitas nutrisinya akan berkurang atau terdegradasi. Saya ada membaca abstrak tentang penelitian mengenai pengaruh cahaya ini terhadap vitamin, bahkan dengan cahaya dari lampur fluorescent pun bisa membuat nutrisi vitamin terdegradasi dan itu dalam hitungan jam !!..Kebayang gak kalau susu dikemas dengan plastik transparan dan ditaruh di warung-warung yang terkena matahari langsung selama 8 jam sehari…yang ada bukan hanya rusak nutrisinya tetapi juga rasanya..
Nah disinilah fungsi utama dari material aluminium tadi, yaitu untuk memblok penetrasi dari cahaya. Tentu saja selain kemampuannya yang sangat baik menolak uap air dan gas. Sebab kalau hanya untuk memblok uap air atau gas, sudah banyak material-material packaging transparan yang kemampuannya sudah mendekati alu dan akan lebih disukai converter karena tidak pusing lagi dengan masalah korosif dari alu tersebut kalau disimpan terlalu lama. Tapi dalam hal kemampuan menolak cahaya belum ada penggantinya selain alu. Bahkan aluminum itu sendiri pun sebenarnya masih memiliki kekurangan. Karena aluminium yang digunakan oleh flexible packaging umumnya memiliki ketebalan 7 micron. Aluminium dengan setipis ini akan ada yang namanya “pin hole”, yaitu lubang mikro yang sangat –sangat kecil sekali. Pin hole ini terbentuk sama pemrosesan pembuatan aluminium yang awalnya kira-kira setebal 30 cm terus dipress dengan hot roller mesin sehingga menjadi aluminium dengan ketebalan 6-7 micron. Kayak pembuatan kulit martabak aja, yang awalnya tebal setelah ditekan-tekan sampai tipis sekali sehingga ditengah-tengah ada lubang….Bedanya kalau martabak lubangnya bisa kelihatan tapi kalau di aluminium tidak.. Makanya untuk mendeteksi ada tidaknya “pin hole”, lembaran aluminium itu harus ditaruh diatas lampu yang terang dan ruanganya mesti gelap. Baru kelihatan ada cahaya tembus melewati “pin hole” tersebut. Hal ini tidak bisa dihindari dan pasti ada untuk aluminium dibawah 25 micron. Biasanya beberapa pabrikan memberikan batasan kepada packaging supplier misalnya maksimal 10 pinhole dalam 1 m2 atau 1 pin hole dalam 1 kemasan 500gr…atau yang lainnya. Masing-masing punya spesifikasi sendiri.
Sehubungan dengan masalah "pin hole" ini maka kalau kita lihat kemasan yang paling banyak digunakan di hyper market adalah kemasan yang menggunakan dus sebagai proteksi tambahan. Selain sangat membantu dari segi penempatan produknya di etalase atau ditoko karena bentuknya yang kotak dan bisa berdiri, tetapi juga akan sangat membantu untuk mengurangi penetrasi cahaya tadi. Sehingga vitamin yang dikandung oleh susu bubuk tadi tetap aman dan bertahan lama kualitasnya meskipun ada “pin hole” pada aluminiumnya tersebut. Belum lagi dengan adanya layer tambahan dari material plastik lain untuk bagian depan dan belakang aluminium sehingga semakin bagus menjaga kualitas nutrisi susu bubuk. Adapun yang dikemas dengan kemasan kaleng, wah itu sih sudah pasti lebih terjamin lagi nutrisinya.
So..bagi ibu-ibu yang masih suka memindahkan susu bubuk anaknya dari kemasan dus ke toples transparan sebaiknya dipikir-pikir lagi. Apalagi yang susu bayi, yang ada nanti bayinya tidak mendapatkan asupan nutrisi sebagaimana mestinya. Sayangkan sudah beli mahal-mahal tapi kualitas vitaminnya sudah berkurang. Kalaupun mau dipindahkan ke toples harus dengan menyertakan kemasan alufoilnya juga.
Comments
Post a Comment