Skip to main content

Berkenalan dengan teknik printing/cetak…part 4


Offset

Berbicara tentang teknik cetak offset maka akan kita dapatkan bahwa offset ini agak unit karena konsep utamanya agak berbeda dibandingkan dengan teknik cetak yang lain. Kalau kita perhatikan teknik cetak seperti rotogravure, flexo, letterpress atau inkjet digital print, semuanya memiliki kesaman yaitu tinta yang ada di permukaan plate cetak langsung ditransferkan ke bahan cetak tanpa melalui media lain. Namun tidak demikian halnya dengan offset.

Prosesnya bermula dari pembuatan image pada plate metal yang photosensitive. Plate tersebut kemudian di treatment secara kimiawi supaya tinta nya yang berminyak tersebut menempel di area image pada plate tersebut, sedangkan area non image akan menarik air sehingga tinta tidak akan menempel karena prinsip dasarnya “oil and water do not mix”. Air itu sebenarnya tidak seratus persen air, tapi dicampur lagi dengan bahan-bahan kimia lainnya seperti alcohol supaya lebih tahan lama fungsinya sebagai ink repellent. Jadi kalau kita mengenal yang namanya water repellent maka di offset juga dikenal dengan ink repellent. Plate akan mengalami contact pertamanya dengan roller yang mengandung air untuk membuat non image area anti tinta kemudian setelah itu plate itu akan berputar mengenai roller yang sudah diberi tinta. Area image yang kena tinta tersebut ditransfer ke blanket karet dan dari blanket karet ditransfer ke bahan cetak. Inilah kenapa teknik cetak ini disebut “Offset”.

Dulu, pada saat mendevelop kemasan flexible packaging cetak rotogravure, bagian prepress akan ngelus dada setiap kali mendapatkan acuan sample dari hasil cetakan offset. Karena perlu kerja extra untuk melakukan “touch up” supaya keterbatasan di rotogravure bisa diminimalisir sehingga memberikan hasil yang terbaik dan mendekati sedekat mungkin dengan acuan sample customer. Hal ini kalau tidak dikomunikasikan dengan baik ke customer dikhawatirkan nanti pada saat barang sudah jadi yang terjadi adalah barang tersebut di reject karena tidak sesuai dengan harapan.

Ada beberapa karakteristik teknik cetak offset  yang bisa di-sharing :
1.    Sangat baik untuk mencetak sesuatu yang kecil dan tipis seperti garis tipis, ukuran font yang kecil dan tone gradasi dibawah 2 %. Hal ini merupakan kendala utama yang dihadapi teknik cetak lain. Berikut saya jabarkan kendala-kendala tersebut :
a.    Garis tipis; di rotogravure hasilnya akan tidak akan se-solid punya offset dan area pinggir image cenderung tidak rata atau “jagging” karena efek dari dot cel cylinder gravure.
b.    Font ukuran kecil; teksnya akan menjadi kurang jelas apabila dicetak di rotogavure. Apalagi yang font type nya seperti times new roman, cambria, century, bisa dipastikan sudut-sudut kecilnya akan membuat masalah.
c.    gradasi, di offset masih berani berhenti di tone dibawan 2% untuk mendapatkan hasil yang halus dan bersih, tapi kalau di rotogravure atau flexo gradasi dibuat berhenti di tone 3% atau diatasnya. Bila dipaksakan dibawah 2% akan kelihatan “patah” gradasinya.

2.    Mesin cetak offset biasanya terdiri dari 4 warna, bahkan masih ada printer yang menggunakan mesin dengan kemampuan 2 atau 3 warna sehingga untuk mencetak full colour plus special colour bisa naik 2 atau 3 kali cetak. Kondisi seperti ini, yang menggunakan warna-warna proses, akan menuntut control registrasi yang ketat. Makanya kalau orang rotogravure menemukan garis tipis terdiri dari komposisi 2 atau 3 warna pilihannya cuma 2, line nya diperbesar atau dibuat warna khusus.

3.    Tinta yang digunakan adalah oil base ink. Nah tantangannya adalah menjaga keseimbangan minyak dan air ini. Seperti kita ketahui minyak dan air adalah sesuatu yang berlawanan. Tetapi apabila minyak dan air ini mengalami contact terus menerus maka dalam jangka panjang akan terjadi emulsi yaitu tinta mulai terkontaminasi oleh air sehingga bisa mengakibatkan masalah pada kualitas printing, mulai dari warna yang bervariasi, density, registrasi dan inilah kelemahan dari teknik cetak offset ini. Oleh karena itu menjaga keseimbangan (ph balance) dari air ini sangat penting.

Trend di Offset
Meskipun teknik cetak offset saat ini trend developmentnya tidak sehingar bingar seperti flexo atau digital print, tapi sampai saat ini keberadaannya masih cukup diperhitungkan. Beberapa pembuat mesin mencoba menawarkan mesin printing hybrid dengan mengkombinasikan antara flexo/offset/screen atau offset/inkjet sehingga bisa saling menutupi kekurangan yang dimiliki dan keuntungannya adalah memberikan kemampuan untuk mencetak di berbagai jenis bahan.

Selain trend mengkombinasikan berbagai teknik cetak dalam satu unit mesin, di offset juga sedang berkembang dengan konsep waterless. Jadi banyaknya permasalahan yang ditimbulkan oleh air pada proses dicetak di offset memberikan ide kepada para pembuat mesin untuk mengembangkan teknik cetak offset tanpa ada media air. Konsep ini sebenarnya sudah lama ditemukan, antara tahun 1930 atau 1960 an, tapi dulu kurang begitu dilirik karena masih banyak kekurangannya. Namum seiring semakin majunya teknologi kelemahan waterless ini mulai ditutupi dengan kelebihan yang ditawarkannya. Konsekuensi negative dari konsep waterless adalah plate yang digunakan menjadi lebih mahal karena ada penambahan material tertentu seperti silicone, tinta juga menjadi khusus dan mahal pula plus durabilitas plate menjadi berkurang. Namun keuntungan dari konsep ini adalah memberikan ruang kepada para pembuat mesin untuk menciptakan mesin yang “all in one”. Maksudnya all in one adalah hampir semua material bisa dicetak. Kalau selama ini offset sangat diragukan kemampuannya untuk mencetak kemasan yang flexible, tetapi tidak demikian halnya dengan yang konsep waterless.

Salah satu contohnya adalah pabrikan mesin offset yaitu Muller Martini yang melakukan sebuah inovasi yang disebut VSOP (Variable Size Offset Printing), sebuah mesin offset yang memiliki kemampuan untuk mencetak di material packaging baik itu yang flexible sampai corrugated . Mesin ini juga sangat cocok untuk item-item yang memiliki banyak variasi SKU nya sehingga harus melakukan banyak “change over” plate pada saat jalan cetak. Ada banyak mesin-mesin offset waterless yang sudah dikembangkan selain punya Muller Martini tersebut. Hal ini akan membuat persaingan mesin printing semakin ketat. Karena semuanya mengejar kepada satu titik, fleksibilitas untuk mencetak di berbagai macam bahan yang sifatnya user friendly dan cost effiecient. Kalau mau tahu lebih detail lagi mengenai mesin-mesin cetak tersebut, bisa mengunjungi Label Summit yang akan diadakan di Bali di bulan Mey 2013 ini.

Comments

Popular posts from this blog

Adhesive Anchor Coating untuk Laminasi Extrusi

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang penggunaan adhesive water-based di dry-lamination system. Sekarang saya ingin menyampaikan tentang penggunaan water-based di extrusion-lamination system. Sebenarnya tidak terlalu pas juga dibilang water-based karena pengunaan air sebagai pelarut hanya sedikit, paling banyak pelarut yang digunakan adalah Ethanol/Methanol/IPA. Di dunia coverting flexible packaging, penggunaan adhesive pada laminasi extrusi biasa digunakan pada resin PE. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kekuatan bonding(daya rekat) antara film. Makanya suka disebut juga sebagai adhesive anchor coating, berfungsi layaknya “jangkar” yang memperkuat rekatan film. Di Indonesia umumnya jenis adhesive yang digunakan adalah solvent based, yang water based masih sedikit. Beberapa perusahaan yang saya kunjungi sudah menggunakan water-based tetapi jenis yang digunakan adalah “polyethylene imine”, dan jenis ini tidak terlalu bagus menghadapi kelembapan. Produk yang coba saya taw...

Botol Aqua dengan QR Code

Beberapa waktu lalu ketika mampir ke salah satu toko hyper market, saya melihat botol air mineral merk Aqua kemasan 600ml dengan desain grafis yang lain dari biasanya. Setelah melihat lebih dekat, disitu tertulis  “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia. “Ooo..edisi khusus untuk perayaan 40 tahun Aqua ternyata..” kata saya dalam hati. Desain grafisnya dirancang oleh Renata Owen  (ada tertulis di desain label). Dari hasil rancangan Renata ini sepertinya ingin memunculkan kekayaan budaya Indonesia dengan menampilkan gambar wayang, orang membatik, dan motif-motif daerah lainnya. Yang membuat saya tertarik terhadap botol dengan desain baru ini adalah dengan dimunculkannya QR Code atau  Quick Response Code. Kode ini bekerja seperti barcode, hanya saja QR code lebih memiliki banyak fitur dan kapasitas penyimpanan kode yang lebih besar daripada barcode. Kode ini terdiri dari dot  berbentuk kotak dan berwarna hitam yang ditata dalam grid dengan dasar warna putih. ...

Durian… baunya yang menembus batas… (part 2)

Kembali lagi ke masalah durian.. Di dunia packaging ada istilah O2TR yang secara sederhana bisa dijelaskan bahwa O2TR itu adalah lamanya proses migrasi oksigen yang diukur dalam satuan cm3/m2, atm 24 jam. Untuk lebih detilnya mungkin akan dibahas ditulisan berikutnya. Nah berkaitan dengan durian tadi, salah satu faktor kenapa durian setelah dimasukkan kedalam wadah plastik tersebut masih bisa tembus keluar aromanya, dikarenakan material plastik tersebut memiliki nilai O2TR yang cukup tinggi dan pada umumnya wadah plastic tersebut struktur plastiknya adalah berbahan dasar keluarga PE. Oleh karena itu, untuk menahan aroma durian tersebut maka kita harus  mencari plastik yang memiliki "barrier properties" oxygen yang cukup baik. Material plastik tersebut salah satunya bisa PET atau Nylon. Dimana kita bisa menemukan material ini ? Kalau masih berbentuk single layer memang agak susah karena tidak dijual umum. Banyak digunakan  oleh perusahaan flexible packaging untuk membuat kemas...