Skip to main content

Sekilas tentang mesin pengemasan...


Ketika saya di flexible packaging, setiap kali ada masalah di mesin pengemasan customer, saya usahakan untuk trouble shooting sendirian dulu. Kalau ternyata tidak bisa, baru saya membawa bagian technical service dengan segala macam perlengkapannya.

Dari pengalaman saya melakukan trouble shooting tersebut, pada prinsipnya ada 5 faktor yang menjadi penentu mesin pengemasan itu berjalan dengan baik, dengan asumsi material kemasannya tidak bermasalah :


1.Tekanan-Pressure
2.Kecepatan-Speed
3.Suhu-Temperature
4.Kebersihan-Cleanliness
5.Perawatan-Maintenance

Mari kita jabarkan satu-satu :

1.   Tekanan-Pressure :
Kadangkala hasil "sealing" kemasan tidak bagus disebabkan oleh tekanan dari sealing bar yang tidak tepat, bisa kurang atau bisa berlebihan. Seiring dengan umur mesin tentu ada bagian-bagian yang sudah mulai longgar atau pegasnya sudah tidak kencang lagi sehingga sealing barnya tidak saling menekan dengan sempurna. Bisa juga dikarenakan permukaan sealingnya sudah aus yang yang semakin memperburuk kualitas sealing karena tekanan tidak merata.

2.    Kecepatan
Kecepatan mesin pengemasan itu berkorelasi dengan lamanya tekanan sealing. Dikarenakan ingin mengejar output yang tinggi, operator berusaha menjalankan mesin secepat mungkin. Dengan semakin cepatnya mesin berjalan, maka “contact time” seal barnya akan berkurang dan temperature di seal bar akan meninggi supaya proses sealingnya terjaga. Nah yang suka menjadi masalah  apabila ternyata kecepatan mesin tersebut sudah diluar batas maksimal yang ditentukan. Hal ini memang suka tidak disadari karena ada para pemilik pabrik yang membeli mesin pengemasan tanpa buku manualnya. Bahkan ada beberapa kasus setelah mesin dibeli trus ditinggal begitu saja sama yang jual mesin. Mau tidak mau yang punya pabrik mesti ngutak ngatik sendiri untuk menjalankan mesin tersebut tanpa panduan yang jelas.

3.    Suhu
Kunci utama dari proses sealing ini adalah temperature. Ditekan sekuat dan sekencang apapun, plastik tersebut tidak akan nempel kalau tidak ada panas. Bahkan kalaupun diberikan panas belum tentu nempel dengan baik karena pada dasarnya kemasan plastik itu memiliki melting poin (titik lebur) tertentu. Jadi plastik akan melebur dan menyatu ketika sudah berada di area melting poinnya. Terkecuali untuk material-material tertentu yang diberikan coating sehingga bisa diaplikasikan yang namanya “cold seal”. Cukup dengan ditekan maka plastik tersebut bisa nempel. 

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah alat pengontrol temperature yang ada di mesin pengemasan tersebut. Bisa saja thermal sensor di sealing barnya sudah rusak sehingga tidak memberikan informasi yang akurat di temperature display. Operator merasa sudah menset pada temperature yang benar misalnya 180 derjat, tetapi aktual di sealing bar hanya 120 derjat. Akibatnya plastiknya tidak menyatu dengan baik.

Saat ini sudah ada teknologi yang menggunakan teknik sealing dengan ultrasonic, dengan getaran-getaran gelombang suara bisa membuat plastik menyatu dengan baik. Hanya saja  kendalanya adalah harganya yang masih mahal saat ini.

4.    Kebersihan
Proses pengemasan itu pasti akan menghadapi namanya kotoran baik dari isi yang dikemas ataupun dari material plastiknya sendiri. Seal bar yang kotor selain akan mengurangi efektifitas penyaluran panas tetapi juga akan membuat plastik tidak menempel dengan rata. Kelihatannya sekilas dari permukaan bagus, tetapi dikarenakan misalnya ada kerak plastik yang menempel di sealing bar dan menutup pattern nya sehingga plastiknya tidak menyatu dengan rata.
Oleh karena itu maka kebersihan mesin juga tetap harus dimonitor dan dijaga. Tetapi untuk membersihkan sealing bar tersebut tidak bisa asal bersih. Kadang-kadang customer suka menggunakan sikat besi dengan tidak benar untuk membersihkan kerak yang menempel dan ini akan memberikan efek jangka panjang pattern seal barnya menjadi rusak.

5.    Maintenance
Yang namanya mesin pasti perlu perawatan. Semakin lama akan ada part-part yang aus dan perlu diganti atau diperbaiki atau dikencangin baut-bautnya.

Hanya saja konsep perawatan mesin yang teratur ini masih ada yang mengaggapnya hanya beban dan tidak terlalu “aware”. Biasanya yang selalu dikejar adalah output. Jadi mesin dikebut terus siang malam dan baru akan stop ketika mengalami kerusakan. Pada saat itulah baru mesin dilakukan maintenance. Padahal dengan mengistirahatkan mesin misalnya sekali sebulan untuk maintenance akan membuat umur mesin semakin panjang dan juga akan mengantisipasi kerusakan mesin pada saat lagi jalan produksi yang bisa memberikan kerugian yang lebih besar lagi.  


Comments

Popular posts from this blog

Adhesive Anchor Coating untuk Laminasi Extrusi

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang penggunaan adhesive water-based di dry-lamination system. Sekarang saya ingin menyampaikan tentang penggunaan water-based di extrusion-lamination system. Sebenarnya tidak terlalu pas juga dibilang water-based karena pengunaan air sebagai pelarut hanya sedikit, paling banyak pelarut yang digunakan adalah Ethanol/Methanol/IPA. Di dunia coverting flexible packaging, penggunaan adhesive pada laminasi extrusi biasa digunakan pada resin PE. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kekuatan bonding(daya rekat) antara film. Makanya suka disebut juga sebagai adhesive anchor coating, berfungsi layaknya “jangkar” yang memperkuat rekatan film. Di Indonesia umumnya jenis adhesive yang digunakan adalah solvent based, yang water based masih sedikit. Beberapa perusahaan yang saya kunjungi sudah menggunakan water-based tetapi jenis yang digunakan adalah “polyethylene imine”, dan jenis ini tidak terlalu bagus menghadapi kelembapan. Produk yang coba saya taw...

Botol Aqua dengan QR Code

Beberapa waktu lalu ketika mampir ke salah satu toko hyper market, saya melihat botol air mineral merk Aqua kemasan 600ml dengan desain grafis yang lain dari biasanya. Setelah melihat lebih dekat, disitu tertulis  “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia. “Ooo..edisi khusus untuk perayaan 40 tahun Aqua ternyata..” kata saya dalam hati. Desain grafisnya dirancang oleh Renata Owen  (ada tertulis di desain label). Dari hasil rancangan Renata ini sepertinya ingin memunculkan kekayaan budaya Indonesia dengan menampilkan gambar wayang, orang membatik, dan motif-motif daerah lainnya. Yang membuat saya tertarik terhadap botol dengan desain baru ini adalah dengan dimunculkannya QR Code atau  Quick Response Code. Kode ini bekerja seperti barcode, hanya saja QR code lebih memiliki banyak fitur dan kapasitas penyimpanan kode yang lebih besar daripada barcode. Kode ini terdiri dari dot  berbentuk kotak dan berwarna hitam yang ditata dalam grid dengan dasar warna putih. ...

Durian… baunya yang menembus batas… (part 2)

Kembali lagi ke masalah durian.. Di dunia packaging ada istilah O2TR yang secara sederhana bisa dijelaskan bahwa O2TR itu adalah lamanya proses migrasi oksigen yang diukur dalam satuan cm3/m2, atm 24 jam. Untuk lebih detilnya mungkin akan dibahas ditulisan berikutnya. Nah berkaitan dengan durian tadi, salah satu faktor kenapa durian setelah dimasukkan kedalam wadah plastik tersebut masih bisa tembus keluar aromanya, dikarenakan material plastik tersebut memiliki nilai O2TR yang cukup tinggi dan pada umumnya wadah plastic tersebut struktur plastiknya adalah berbahan dasar keluarga PE. Oleh karena itu, untuk menahan aroma durian tersebut maka kita harus  mencari plastik yang memiliki "barrier properties" oxygen yang cukup baik. Material plastik tersebut salah satunya bisa PET atau Nylon. Dimana kita bisa menemukan material ini ? Kalau masih berbentuk single layer memang agak susah karena tidak dijual umum. Banyak digunakan  oleh perusahaan flexible packaging untuk membuat kemas...