Judul berita ini saya dapatkan dari media online tempo, dan ternyata banyak media online lain yang memberitakan dengan topik yang sama.
Kira-kira dengan kondisi pengelolaan beras yang ada sekarang dan solusi yang diberikan oleh Ibu Khofifah adalah membenahi FIFO nya, mungkin gak permintaan Pak Presiden itu dipenuhin. Ada yang jawab iya barangkali atau ada yang jawab tidak, atau malah tidak tahu.
Bagi saya, jawabannya tidak memungkinkan (untuk kondisi saat ini loh). FIFO nya dibenarin tapi kalau kemasannya masih menggunakan karung plastik/glangsing/pp woven bagi saya sama saja bohong.
Kondisi geografis Indonesia ini dikelilingi oleh lautan yang membuat tingkat kelembapannya di wilayah Indonesia sangat tinggi, dan kelembapan adalah salah satu faktor utama yang membuat sebuah produk makanan menjadi cepat rusak.
Meskipun beras ketika selesai digiling memiliki kadar air yang rendah dan batas maksimal kadar air yang diterima oleh Bulog adalah 14%, tetapi apabila disimpan di gudang dengan kemasan seadanya seperti karung pp woven, maka tidak heran apabila setelah beberapa bulan beras menjadi kuning, dan lama kelamaan kemudian menjadi hitam.
Kuningnya beras itu dikarenakan tumbuhnya jamur di beras tersebut, dan jamur itu tumbuh dikarenakan adanya unsur air plus udara. Dengan kemasan pp woven tersebut, si beras bebas berinteraksi dengan air dan udara sehingga mempercepat berkembangnya mikro organisme.
Jadi seandainyapun FIFO nya jalan, tapi melihat lamanya proses pengiriman beras dari petani sampai penyimpanan di gudang dan didistribusikan kembali ke masyarakat yang membutuhkan, maka permintaan Pak Jokowi tersebut akan “jauh panggang dari api”. Bisa dipastikan kejadian beras hitam, berkutu dan berjamur yang bisa membuat orang sakit perut akan terulang terus. Jika kemasannya tidak dibenahin…:)
Comments
Post a Comment