Skip to main content

Kemasan Ramah Lingkungan


Setelah sekian lama vakum tidak menulis, kali ini saya ingin menulis tentang sustainability di dunia packaging. Sempat ramai dibicarakan karena ada video yang viral menunjukkan keberanian seseorang meminum air hasil larutan kemasan plastik tersebut. Hal ini untuk membuktikan bahwa kemasannya aman untuk diminum dan aman buat lingkungan, tag line nya adalah " I'm No Plastic". Masalahnya, permasalahan kemasan plastik ramah lingkungan itu tidak sesederhana yang dibayangkan.


Sedikit mundur ke belakang, beberapa waktu lalu saya mengikuti launching sebuah kemasan plastik multilayer yang diklaim bisa untuk didaur ulang dan memiliki nilai ekonomis untuk dikumpulkan para pemulung. Salah satu informasi yang menarik didapat ternyata sampah plastik yang tersebar di daratan dan lautan itu memiliki banyak jenis. Kantong plastik kresek yang sekarang mulai dilarang penggunaannya di beberapa daerah hanya menyumbang kurang dari 15 persen dari keseluruhan sampah plastik yang ada. Bagaimanana dengan yang 85 persennya lagi ?

Makanya tidak heran jika ada yang kontra dengan upaya melarang penggunaan kantong kresek, karena sebenarnya itu tidak menyelesaikan permasalahan sampah plastik yang ada. Justru kantong plastik kresek tersebut sudah memiliki "circular economy" dalam konsep sustainability packaging, karena sampah kantong kresek ini memiliki nilai ekonomi bagi para pemulung dan menjadi sasaran utama mereka untuk dikumpulkan dan dikirim ke pabrik daur ulang untuk diolah kembali menjadi produk lain. Dikawatirkan, dengan adanya pelarangan penggunaan kantong plastik ini akan mengganggu circular economy yang sudah terbentuk itu. Tidak hanya mengganggu di bagian hulu, yaitu industri kimia yang pembangunan pabriknya mendapat insentif dari pemerintah, tetapi juga di bagian hilir.

Kembali ke masalah kemasan yang katanya "I'm No Plastic". Salah seorang teman agak kesal terkait kemasan ini karena terkesan terlalu vulgar mempromosikan produknya. Sedangkan standar keamanan pangannya tidak jelas. Apakah produk tersebut sudah mendapat sertifikasi dari instansi terkait dan dinyatakan aman untuk dimasukkan kedalam tubuh manusia ? Siapa yang bisa menjamin bahwa kemasan yang sudah larut itu benar-benar larut layaknya sebuah makanan organik, atau justru menjadi micro partikel yang tidak bisa dicerna oleh tubuh? Banyak hal yang perlu diklarifikasi lebih jauh.

Sebenarnya penggunaan kemasan plastik yang terbuat dari bahan organik seperti kayu bukanlah sesuatu yang baru, sudah digunakan dari dulu. Ditemukan pertama kali tahun 1908 oleh Jacques E. Brandenberger. Biasanya dikenal dengan Cellophane atau disebut
juga MSAT "Misture-proof sealable transparent anchored cellophane". Plastik ini ciri-cirinya ketika dibakar hasilnya seperti kertas terbakar.  Kemasan ini sangat aman dan banyak digunakan di dunia farmasi.

Yang mungkin banyak tidak disadari oleh masyarakat awam, bahwa kemasan plastik yang katanya "I'm No Plastic" ini sebenarnya tidak pure 100% isinya sari pati jagung. Di dalamnya terdapat PVA (Polyvinil Alcohol) yang merupakan sejenis polymer/plastik yang bisa larut dalam air.

Didalam perbincangan saya dengan salah seorang pemilik pabrik yang pernah memproduksi kemasan sejenis ini, persentase sari pati jagungnya sendiri sebenarnya tidak banyak. Sangat kecil sekali. Kenapa? Karena kalau terlalu banyak sari pati jagungnya, kemasan ini tidak akan tahan lama di gudang penyimpanan dan memiliki bau tertentu. Apalagi kalau sudah berinteraksi dengan kelembapan dan cahaya matahari. Jadi pabrik harus mencari titik keseimbangan yang bisa membuat produknya tahan lama ketika disimpan, tapi juga akan bisa hancur ketika menjadi sampah secara perlahan-lahan. Dan perlu diingat sari pati jagung ini ketika diproses menjadi polymer juga, sama halnya seperti Cellophan/MSAT yang saya sebutkan diatas. Jadi kalau ada yang mengatakan kemasan ramah lingkungannya "I'm No Plastic" menjadi sebuah tanda tanya besar bagi para praktisi packaging. Maksudnya apa??..

Ada baiknya Pemerintah punya anggaran khusus atau kalaupun sudah ada diperbesar lagi porsinya untuk melakukan sosialisasi tentang definisi kemasan ramah lingkungan yang benar. Bahwa yang namanya ramah lingkungan tidak harus bahwa plastik itu mudah terdegradasi didalam tanah, tetapi juga harus memiliki unsur dari elemen  berikut :

1. Recyclable
2. Post Consumer Recycled
3. Renewable
4. Compostable

Hal ini perlu dilakukan supaya masyarakat awam tidak mudah di"drive" oleh perusahaan-perusahaan packaging dengan gencarnya marketing promotion yang dilakukan. Karena, ketidaktahuan masyarakat tentang kemasan ramah lingkungan yang benar plus adanya klaim dari perusahaan-perusahaan kemasan bahwa produk mereka adalah ramah lingkungan, maka dikawatirkan akan konsumen akan menjadi korban pemasran sehingga akan menimbulkan multiplier effect yang tidak baik, termasuk dalam hal ini memberikan pengaruh kepada pemerintah. Tidak menutup kemungkinan lahir peraturan-peraturan yang hanya sekedar mengakomodasi keinginan dan tekanan dari masyarakat tanpa melihat lebih mendalam efek samping dari peraturan tersebut. Dikarenakan KETIDAKTAHUAN.


Comments

Popular posts from this blog

Adhesive Anchor Coating untuk Laminasi Extrusi

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang penggunaan adhesive water-based di dry-lamination system. Sekarang saya ingin menyampaikan tentang penggunaan water-based di extrusion-lamination system. Sebenarnya tidak terlalu pas juga dibilang water-based karena pengunaan air sebagai pelarut hanya sedikit, paling banyak pelarut yang digunakan adalah Ethanol/Methanol/IPA. Di dunia coverting flexible packaging, penggunaan adhesive pada laminasi extrusi biasa digunakan pada resin PE. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kekuatan bonding(daya rekat) antara film. Makanya suka disebut juga sebagai adhesive anchor coating, berfungsi layaknya “jangkar” yang memperkuat rekatan film. Di Indonesia umumnya jenis adhesive yang digunakan adalah solvent based, yang water based masih sedikit. Beberapa perusahaan yang saya kunjungi sudah menggunakan water-based tetapi jenis yang digunakan adalah “polyethylene imine”, dan jenis ini tidak terlalu bagus menghadapi kelembapan. Produk yang coba saya taw...

Botol Aqua dengan QR Code

Beberapa waktu lalu ketika mampir ke salah satu toko hyper market, saya melihat botol air mineral merk Aqua kemasan 600ml dengan desain grafis yang lain dari biasanya. Setelah melihat lebih dekat, disitu tertulis  “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia. “Ooo..edisi khusus untuk perayaan 40 tahun Aqua ternyata..” kata saya dalam hati. Desain grafisnya dirancang oleh Renata Owen  (ada tertulis di desain label). Dari hasil rancangan Renata ini sepertinya ingin memunculkan kekayaan budaya Indonesia dengan menampilkan gambar wayang, orang membatik, dan motif-motif daerah lainnya. Yang membuat saya tertarik terhadap botol dengan desain baru ini adalah dengan dimunculkannya QR Code atau  Quick Response Code. Kode ini bekerja seperti barcode, hanya saja QR code lebih memiliki banyak fitur dan kapasitas penyimpanan kode yang lebih besar daripada barcode. Kode ini terdiri dari dot  berbentuk kotak dan berwarna hitam yang ditata dalam grid dengan dasar warna putih. ...

Durian… baunya yang menembus batas… (part 2)

Kembali lagi ke masalah durian.. Di dunia packaging ada istilah O2TR yang secara sederhana bisa dijelaskan bahwa O2TR itu adalah lamanya proses migrasi oksigen yang diukur dalam satuan cm3/m2, atm 24 jam. Untuk lebih detilnya mungkin akan dibahas ditulisan berikutnya. Nah berkaitan dengan durian tadi, salah satu faktor kenapa durian setelah dimasukkan kedalam wadah plastik tersebut masih bisa tembus keluar aromanya, dikarenakan material plastik tersebut memiliki nilai O2TR yang cukup tinggi dan pada umumnya wadah plastic tersebut struktur plastiknya adalah berbahan dasar keluarga PE. Oleh karena itu, untuk menahan aroma durian tersebut maka kita harus  mencari plastik yang memiliki "barrier properties" oxygen yang cukup baik. Material plastik tersebut salah satunya bisa PET atau Nylon. Dimana kita bisa menemukan material ini ? Kalau masih berbentuk single layer memang agak susah karena tidak dijual umum. Banyak digunakan  oleh perusahaan flexible packaging untuk membuat kemas...